Visitor Counter

free counters

Monday, March 14, 2011

The Comeback of FFAF and Yellowcard

We are BACK! Oke, what i mean "we" is that i'm back to write this "interesting" blog (well if you think not then it's okay, everybody has their own opinion) and 2 bands are just launched their newest album! Yes, it's Funeral for a Friend (FFAF) and  Yellowcard! Pertama saya jelaskan selama ini saya tidak menulis blog ini lagi karena tidak ada ide, banyak tugas kuliah (maklum makna dari kata MAHA pada mahasiswa adalah tugasnya yang MAHA banyak), memulai sebuah Event Organizer di Bandung, dan volunteer-ing untuk beberapa konser akhir-akhir ini.

Back to the real topic, yes FFAF and Yellowcard has just launced their newest album (re-post). Album baru dari FFAF berjudul Welcome Home Armageddon, sedangkan Yellowcard berjudul When You're Through Thinking, Say Yes. Ceritanya semalam saya sedang tidak ada kerjaan dan selesai mengerjakan tugas kuliah jam 2 pagi, terus iseng buka www.mp3boo.com. Di homepage website ini tiba-tiba saya melihat kedua album baru dari kedua band yang "menemani" masa pertumbuhan saya pas SMP (singkat kata masa-masa labil). Agak terkejut juga karena sudah 3 tahun lebih mereka tidak mengeluarkan album. FFAF terakhir mengeluarkan album Memory and Humanity tahun 2008, sedangkan Yellowcard dengan Paper Walls pada 2007.

Jujur saja saya sudah tidak terlalu mengikuti kedua Band ini semenjak kelas 2 SMA. Dulu saya hampir setiap hari mendengarkan kedua band ini dimanapun, terlebih lagi album FFAF Casually Dressed & Deep in Conversation dan Hours, Yellowcard album Ocean Avenue dengan single "Only One" yang saya yakin manusia-manusia yang lahir sekitar tahun 90-an awal pasti tahu lagu ini. Ocean Avenue sendiri adalah album studio keempat Yellowcard dan (sepertinya) album Yellowcard yang benar-benar paling laku di pasaran. Saya kira Yellowcard sudah R.I.P alias bubar karena di Youtube saya sempat melihat ada orang yang menulis bahwa Showcase Yellowcard di Atlanta (or Seattle or somewhere that i watched the video) adalah show terakhir mereka sebelum memutuskan untuk bubar. But this album has proven that the gossip is really just a gossip. Saya akan coba me-review albumnya satu per satu. And here it goes...

Pada album Welcome Home Armageddon terdapat 11 lagu baru dan 1 lagu intro. Setelah mendengar secara non-stop 1 album ini sekali, saya agak senang karena mereka telah kembali! Pada album Tales Don't Tell Themselves saya agak kecewa karena mereka "melembut". Distorsi dari gitar mereka tetap kencang, tapi tempo lagu-lagunya di album ini lebih pelan. Seperti mereka agak kehilangan arah permainannya, jauh berbeda dengan album Hours dan Casually Dressed. Di album baru ini, mereka tampil kembali garang dengan seperti mengembalikan "identitas" mereka sebagai band Post-Hardcore Screamo. Beberapa lagunya kembali diwarnai dengan scream yang khas. Patut didengarkan lah bagi para pendengar musik keras, apalagi bila suka dengan single lama mereka seperti Juneau, Red is The New Black, Streetcar, etc.

Untuk album Yellowcard When You're Through Thinking, Say Yes ini sendiri masih dengan suara khas Yellowcard. Masih dengan suara-suara biola dalam intro beberapa lagu, seperti pada single mereka For You, and Your Denial mirip dengan lagu mereka di album Ocean Avenue yang berjudul Believe. Saya tidak bisa mengatakan ada perubahan besar pada album ini dengan album sebelumnya Paper Walls karena jujur saja saya lupa lagu di album Paper Walls karena saya terakhir benar-benar mendengarkan mereka pada album sebelumnya yaitu Lights and Sound. Thanks to Mbah Google, saya mendapatkan data bahwa album Ocean Avenue dan Lights and Sound memang album mereka yang paling sukses. Ocean Avenue mendapatkan Platinum award sedangkan Lights and Sound mendapatkan Gold di US. Yellowcard masih tetap di jalur mereka yaitu Pop Punk dengan khas suara sang vokalis Ryan Key dan petikan biola Sean Mackin.

For the conclusion, kedua album ini worth untuk didengarkan bagi mereka yang merasakan jaman-jaman SMP dan SMA di tahun 2000an awal. Life goes on and we grown up, so does musician. Mereka mungkin udah lebih dewasa dalam bermusik dan sedikit berubah, tetapi ada suatu hal dari mereka yang tetap mereka pertahankan dalam gaya bermusik mereka sama seperti dulu saat jaman mereka (pernah) sukses. Sekian untuk review ngasal ini, mohon maaf atas waktu yang sudah saya sita dengan membaca ini :p


Btw, here are the Music Video from their new singles. ENJOY! :)


Yellowcard - For You, And Your Denial



Funeral For a Friend - Front Row Seats to The End of The World

Monday, November 29, 2010

Pangudi Luhur 2010 : Your Mind, Our Stage

Iseng lagi nih nulis, lagi ngga ada kerjaan dan kebetulan mood lagi bagus buat nulis. Oia dan akhirnya nulis tentang apa yang saya mau lagi, bukan atas dasar "kewajiban".

PL Fair, itu adalah tradisi sebuah acara semacam "pensi" dari SMA Pangudi Luhur. Sebagai salah satu alumninya, saya pernah 3 tahun menjadi bagian dari panitia acara ini. Walaupun tidak sebagai panitia inti yang memiliki jabatan, tetapi saya cukup mendapat banyak sekali pelajaran untuk merealisasikan mimpi saya menjadi seorang event organizer acara musik.

Saya ingin sedikit mengomentari acara PL Fair yang Sabtu (27 November 2010) yang saya datangi. Sebenarnya niat saya untuk datang ke acara ini hanya semata untuk reunian dengan teman-teman alumni SMA, karena saya jarang mendapatkan kesempatan untuk berkumpul dengan mereka yang mayoritas masih meneumpuh studi di Jakarta. Acara musik dan hiburan lainnya hanya semata tambahan. Lagipula acara PL Fair ini adalah sebagian besar hasil kerja dari siswa SMA PL angkatan 2011 yang notabene adalah junior hasil "didikan" angkatan saya.

Saya datang sekitar pukul 19.00, agak ngaret karena harus menunggu pacar saya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Agak kecewa karena tidak sempat menonton cheers PL yang menjadi salah satu ciri khas dari acara ini dan sudah dikenal oleh sebagian besar remaja di Jakarta. Ada beberapa band seperti Dried Cassava (band alumni PL'07), Ballads of The Cliche, dan Efek Rumah Kaca yang sebenarnya ingin saya tonton tapi tidak sempat. Tapi gapapa deh, masih sempet nonton Seringai dan Andien lah. Begitu saya memasuki venue acara ini, terasa sangat berbeda dengan PL Fair sebelumnya. Sejak tahun 2004 PL Fair selalu diadakan di SMA Pangudi Luhur sendiri, itu juga menjadi salah satu hal unik dari PL Fair (sebenarnya!). Tetapi dikarenakan masalah internal maka dipindahlah tempat dari acara ini. Mungkin karena selama 3 tahun di SMA ini saya selalu mengadakan PL Fair di sekolah dan faktor sebagai alumni, maka saya merasa feel yang berbeda ketika datang ke acara ini yang tidak di sekolah.

Dari sudut pandang sebagai alumni, saya kecewa dengan pihak panitia karena acaranya terlalu simpel dan monoton. Tagline "Your Mind is Our Stage" menurut saya kurang "nendang" soalnya ngga mencerminkan sama sekali acaranya, lagipula berdasarkan data darimana kalo acara tersebut adalah bentuk acara musik yang para "penonton" inginkan? Agak melenceng dari PL Fair sebelum-sebelumnya yang identik menggunakan tema, tapi PL Fair kali ini menjadi pelajaran berharga untuk para junior dari panitia ke depannya. 1 hal yang ada di otak saya dan para alumni yang ada "kalo kaya gini, apa mungkin tahun depan bakal ada PL Fair lagi? We doubt it" Hal yang bagus adalah mereka mencoba untuk out of the box atau keluar dari "tradisi" yang sudah ada dengan meniadakan tema, tapi mungkin bentuknya yang masih kurang bagus. Pernah dulu saat saya masih kelas 2 SMA, panitia inti membuat sebuah acara yang "berbeda" juga dan tidak menggunakan tema. Namun hasilnya juga ya kurang maksimal, walaupun saat itu venue yang digunakan masih di sekolah.

Sempet ada panitia yang dulu adalah junior di ekskul sekolah nyamperin dan nanya-nanya "gimana menurut alumni acaranya?" Saya jawab dengan jujur apa adanya seperti yang tadi saya tulis di atas dan dia sepertinya agak down mendengar itu. Kemudian dia bilang bahwa untuk mereka (panitia) acara ini sudah cukup sukses, walaupun saya tidak bertanya lebih lanjut definisi dari "sukses" menurut panitia (mungkin dari segi finansial atau dari segi jumlah crowd yang datang).

Overall, kecewa mungkin menjadi 1 kata tepat yang menggambarkan feel saya dan beberapa alumni lainnya. Namun mungkin apabila saya di posisi mereka dan mengalami situasi yang serupa, mungkin saya belum tentu bisa membuat acara sebagus ini. Salah satu pengalaman yang bagus muncul dari kegagalan, supaya kita bisa mencegah terjadinya kegagalan-kegagalan berikutnya. Jerbat PL'09 out.

Poster PL Fair 2010 : Your Mind is Our Stage

Andien when performing at PL Fair 2010

Seringai at PL Fair 2010

Sedikit narsis, PL Fair 2008 Electricity yang panitianya angkatan saya :p

Sumber gambar : Mbah Google

Wednesday, November 24, 2010

MAGNUM, fenomena pergaulan di akhir 2010

Akhir-akhir ini hampir semua orang membicarakan fenomena MAGNUM. Magnum adalah sebuah es krim yang (kalau tidak salah) diproduksi oleh Walls. Bentuk dari es krim Magnum ini adalah es krim putih (sepertinya vanilla) yang dilapisi oleh coklat yang agak tebal. Setelah saya googling untuk mengetahui sejarah Magnum ini, ternyata Magnum sudah ada di Indonesia sejak lama sekitar tahun 90an akhir. Saya ingat saat jaman SMP kelas 1 (tahun 2003) saya sering membeli Magnum yang waktu itu harganya masih sekitar 6000 Rupiah. Pada jaman saya kelas 2 SMA (tahun 2007) harganya naik menjadi sekitar 8000 Rupiah. Terakhir kemarin saya menemani teman untuk membeli Magnum di salah satu supermarket di daerah Dago harganya 10000 Rupiah. Magnum sekarang juga memiliki Brand Ambassador di Indonesia yaitu Marissa Nasution.

Magnum adalah sebuah brand es krim milik Unilever Inggris/Belanda dan dijual sebagai salah satu produk dari merk Heartbrand (di Indonesia, Britania Raya, dan beberapa negara lain dijual melalui Wall's). Pertama kali Magnum dijual pada tahun 1987 (dengan nama Magnum Original) memiliki berat 86 gram (120 ml). Pada tahun 1994 mulai dijual Magnum Ice Cream Cone dan pada tahun 2002 mulai dijual Magnum Sandwich Ice Cream. sumber : wikipedia

Entah kenapa tiba-tiba akhir-akhir ini Magnum mulai menjamur dimana-mana dan banyak orang mencari-cari es krim ini. Setelah saya ketahui, ternyata Walls sepertinya sedang “menghidupkan” brand Magnum ini dengan membuat sebuah iklan baru di TV. Iklannya seperti ini :

Jujur saja, bagi saya iklan ini kurang menarik dan lebih menarik iklan Wall’s Cornetto Mini yang ini :

Kembali lagi ke selera masing-masing orang sih, tapi hebatnya dari fenomena Magnum yang terjadi sekarang bagi para remaja adalah Magnum menjadi tolak ukur “pergaulan” seseorang. Bisa dikatakan fenomena ini sama seperti fenomena Blackberry (bb) yang mana saat ini hampir semua remaja memakainya. Kalo kata “remaja gaul” saat ini “lo belom pake bb? Gak gaul lo!” dan kemudian saat fenomena Magnum muncul “lo belom coba Magnum?enak banget loh, gak gaul lo!” Jujur saja, beberapa teman saya “termakan” oleh trend ini. Dia menjadi merasa kurang gaul dan mati-matian mencari Magnum ke seluruh supermarket di kota Bandung. Sempat saya berpikir, mungkin Wall's menyewa sejumlah orang yang memiliki "eksistensi" di masyarakat untuk membuat brand Magnum ini naik lagi di pasaran. Terbukti, pemasaran langsung (Direct Marketing) secara mulut ke mulut memang masih efektif. Hal ini membuat Magnum menjadi salah satu topik hangat untuk dibicarakan selain kasus Gayus dan bencana Merapi. Selain itu, jumlah Magnum di pasaran sekarang entah kenapa sangatlah sedikit. Hal ini membuat orang semakin penasaran dengan “Fenomena Magnum” ini dan membuat Magnum ini semakin di cari dan laku.

Magnum yang sekarang muncul memiliki 3 rasa yaitu Classic, Almond, dan Truffle. Ternyata di bagian negara lain, Magnum memiliki banyak varian. Ada Magnum Mini, Magnum Essence, Magnum Temptation, dan masih banyak macam varian Magnum ini. Beberapa gambar varian Magnum :

Magnum Mini

Brand Ambassador Magnum Indonesia
Marissa Nasution

(Kiri - Kanan) Magnum White, Magnum Mini, Magnum Classic
Magnum Almond, Magnum Double Caramel

Magnum Gold

Eva Longoria, Brand Ambassador Magnum 2008

Eva Mendez, another Magnum Brand Ambassador

Jadi, sudahkah anda membeli Magnum hari ini?

Sumber Gambar dan Video: Google Images dan Youtube